Sabtu, 13 Agustus 2016

Entah

Entah ilmu dari mana
Entah prinsip siapa
Entah kebiasaan siapa
Entah datang dari mana
Entah siapa yang ajarkan

Ketika minoritas diantara mayoritas
Ketika beda diantara sama
Ketika salah diantara benar
Ketika lemah diantara kuat

Adu ejekan
Adu bully minoritas
Adu cemo'oh kesalahan
Adu sindiran perbedaan
Adu jegal kelemahan

Melingkari diri
Bagai puting beliung
Yang melingkar tinggi
Disatu titik

Oh Tuhan

Tuntun dan Kuatkan titik itu
Tuk hadapi

Yang sama
Yang mayoritas
 
Yang sok benar
Yang sok kuat


Genteng, 9 Agustus 2016
Eka Putra Setyawan
Pantaskah

Siapa aku?
 
Siapa?
 


Ya Aku
Yang selalu minta ampunan ke Tuhan
Ketika dosaku menylimuti badanku
Bak selimut disubuh hari
Yang menggulung saat Tuhan memanggil
Karna jahatnya panca indraku

Aku lupa ketika baik tuhan di indraku

Aku kembali dengan
Butanya indraku karena remang remangnya malam
Lumpuhnya indraku karena keloknya jalan setan
Tulinya indraku karena bisingnya mulut Anjing
Bisunya indraku karena jancuknya Sujiwotejo

Kulumuri badanku dengan dosa dosaku
Sadar disaksikan rakib atid

Pantaskah aku Tuhan??
Pantaskah aku ??
Pantaskah
 
Tuk jadi hambaMu
Seperti yang diinginkan KekasihMu

Genteng, 27 juli 2016
Eka Putra Setyawan
Bertemu  KepadaNya

Saat mata memandang mega yang luas
Diam  merawang menembus realita
Jingga merah beralih hitam
Iringi datangnya bulan  kenangan
Satu demi satu kenangan  masa lalu
Melintas dalam fikiran

Kulihat diri yang begitu nista
Karena lumpur kekhilafan, nafsu, congkak
Lumuri raga suci dari Tuhan
Saat aku jatuh dalam  lubangan dosa setan
Terlepas jauh dari tali rahmat Sang Illahi

Tiupan lembut mengguncang jiwa
Dia begitu sempurna
Gerakkan awan turunkan hujan
Basahi lumpur kenistaan dengan air suci
Dia panggil lembut
Ajak aku berdiri
Tersungkur melawan setan
Dia jadikan aku lebih dari yang lalu

Kembali kutatap mega yang luas
Menyadarkan akan realita masih berjalan
Waktu terus berganti mendekati adzal
Kembali pada saatnya bertemu kepadaNya
Bertemu Sang pemilik mega nan indah

Genteng, 20 Januari 2016

Eka Putra Setyawan
MAMA

Sejuk udara pagi dipegunungan
Persis sejuk senyum tulusmu
Angin yang berhembus hilangkan embun dedaunan
Seperti doa tulusmu yang hapus air mata penuh masalah
Tercipta kasih sayang tulus darimu
Takkan tergantikan
Saat aku bahagia
Air mata bahagia terpancar darimu
Saat aku sedih
Air mata doa tiada pernah terhenti
Tiada pernah mengeluh
Tiada pernah kecewa
Tiada pernah lelah
Akan selalu kuingat
Bersama doaku sepanjang masa
Wahai kau wanita hebat
Bukan seorang presiden
Bukan seorang bupati
Bukan seorang camat
Bahkan bukan seorang ilmuan
Tapi wanita hebat adalah Kau
MAMA
Terima Kasih MAMA

Genteng, 22 Desember 2015

Eka Putra Setyawan
Tas Merah

Menatap pasti lorong kehidupan
Yang penuh tamparan dan bullying
Melangkah perlahan melewati semua
Karna doa penyemangat tiada duannya

Buyar fikiran
Karna tas curi pandangan mata
Aku yakin itu tas biasa
Namun mataku tak mau pergi darinya
Dia bukan seperti kawannya
Yang menggantung dipunggung 
Bergoyang,terayun karna ulah pemiliknya
Dia Duduk sendiri diantara ribuan mulut penggangu telinga
Nampak terang diteras kelas yang gelap

Satu dua tiga langkah
Ku dekati tas merah itu
Degup aneh didada muncul
Saat jariku semakin dekat dengannya
Bergetar ragaku memandang indah warnanya
Begitu istimewa benda ini

Bukan orang biasa pemiliknya
Merah hati yang bersih
Tanda bersih hati pemiliknya
Indah warnanya
Cerminkan ayu rupawan pemiliknya
Bunga indah tergambar didalamnya
Ataukah Mungkin Kembang desa pemiliknya

Aku bertanya
Siapakah pemiliknya??

Mungkin tuhan beri aku teka teki
Yang jawabnya adalah pemilik tas merah ini
Lantas siapa pemilik tas merah yang begitu istimewa
Percaya kelak kutemukan siapa pemiliknya

Genteng, 12 Desember 2015

Eka Putra Setyawan
Goresanku Untuk Esok

Jangan bilang kau bukan siapa siapa
Jangan bilang kau hanya orang biasa
Jangan bilang kau hanya tukang sapu yang tiap harinya tak menentu
Atau kemeja berdasi yang tak pernah tidur,
ataupun pengemis perkasa yang selalu meminta kepada orang tua

Janganlah kau berpikir hanya numpang makan, tidur, mandi
Janganlah kau hanya bisa bersuara lantang dibalik spanduk panjangmu
Janganlah kau acuh dengan bangsamu
Janganlah kau tak cinta pada daerahmu
Janganlah kau tak peduli dengan pilihanmu, hak suaramu

Sibukmu bukanlah alasan untuk tak memilih
Malasmu bukan tuk tunggu amplop timses
Kayamu bukan alasan tuk golput
Miskinmu tidak untu menunggu serangan fajar

Kepadamu para pengais rejeki untuk anakmu
Kepadamu para pembimbing kecerdasan anakmu
Kuatkan langkah Demokratis teladan bagi generasi

Kepadamu yang baru diajar LUBERJURDIL
Kepadamu yang selalu menolak naik harga ini itu dengan almamatermu
Kobarkan semangatmu untuk sukseskan pemilu

Karena
Suaramu penentu kemana daerah ini akan berlayar
Suaramu penentu kapan daerah ini akan Berjaya

AYO MEMILIH Kepala Daerah

Genteng,  9 Desember 2015

Eka Putra Setyawan
Sadar 

sadar
Triwulan akhir tahun ini 
Allah beri bukan untukku
Sakit Ujian, hinaan, tekanan, sindiran, cemooh bebani pundak
tak Mungkin ada pelangi ditengah panas
Berat Tuk beri Manisnya senyum saat derasnya air dosa
Sulit tuk bagi keindahan dalam kenistaan
Benar jika ada yang berkata Jangan bahagiakan kesedihan yang ada
Tak ada sandaran yang kuat diAkhir ini
Hanya satu
Maaf atas pahatan kasar yng telah lukai kalian
Terima kasih ukiran cerita yang kalian buat
Sebagai monumen kayu putih diatas gundukan tanahku kelak

Genteng,  4 Desember 2015

Eka Putra Setyawan